dreamnicer version 1.0
15 February 2008

SASTRA AWARD 2008

PENGHARGAAN terhadap para penulis memang perlu. Di samping penyemangat, adalah keharusan untuk menjadi bagian dari orang-orang yang peduli dengan dunia kepenulisan. Meskipun dihantam polemik (antara yang mempertanyakan kualitas dan mempertahankan kuantitas tulisan) penghargaan ini adalah awal penting sebab jarang-jarang Fakultas Sastra Unand memberikan penghargaan kepada penulisnya. Semoga SASTRA AWARD ini bisa berkelanjutan, untuk memacu adrenalin penulis muda agar giat menulis, dan menulis lagi. Semoga Pak Zul memarahi BEM Sastra yang telah lancang meniadakan Divisi Kreativitas dan Seni dalam kepengurusannya kini.

Dalam rangka Dies Natalis Fakultas Sastra Universitas Andalas (FSUA) ke-26, FSUA akan memberikan SASTRA AWARD kepada mahasiswa dan dosen Fakultas Sastra Universitas Andalas, dengan kategori:

MAHASISWA PENULIS PEMULA

Persyaratan:
  1. Terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Sastra Unand dengan menyerahkan Copy-an Kartu Tanda Mahasiswa.
  2. Mencantumkan nama jurusan atau fakultas dan nama universitas di bagian bawah tulisan.
  3. Jenis tulisan yang dihitung adalah artikel, esai, resensi buku, feature, cerita anak, cerita pendek, dan puisi yang pernah dipublikasikan selain dari surat kabar Kompas, Koran Tempo, Media Indonesia, Republika, dan Seputar Indonesia.
  4. Publikasi tulisan terhitung dari 1 Januari 2007-31 Desember 2007.
  5. Menyerahkan copy-an kliping tulisan yang telah dijilid rapi (untuk kategori ini covernya berwarna biru). Cantumkan nama kategori di bagian sudut kanan atas cover dan sertakan juga biodata lengkap.
  6. Tulisan yang disertakan harus mencantumkan nama Surat Kabar, Hari, dan Tanggal Pemuatan tulisan.
  7. Setiap mahasiswa penulis tidak dibenarkan mengikuti dua kategori.
  8. Batas akhir penyerahan 28 Februari 2008, pukul 16.00 WIB.
Hadiah:
  • Penulis Pemula Terproduktif I: Pembebasan biaya SPP selama 1 semester+Rp. 500.000
  • Penulis Pemula Terproduktif II: Pembebasan biaya SPP selama 1 semester+Rp.300.000
  • Penulis Pemula Terproduktif III: Rp.300.000
Sebelum penyerahan kliping, penulis harus menghubungi no. HP. 08126783639 untuk informasi lebih lanjut, dan membuat janji bertemu dengan pemilik no. HP. tersebut.

MAHASISWA PENULIS NASIONAL

Persyaratan:
  1. Terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Sastra Unand dengan menyerahkan copy-an Kartu Tanda Mahasiswa.
  2. Mencantumkan nama jurusan atau fakultas dan nama universitas di bagian bawah tulisan.
  3. Jenis tulisan yang dihitung adalah artikel, esai, resensi buku, feature, cerita anak, cerita pendek, dan puisi yang pernah dipublikasikan di surat kabar Kompas, Koran Tempo, Media Indonesia, Republika, dan Seputar Indonesia.
  4. Publikasi tulisan terhitung dari 1 Januari 2007-31 Desember 2007.
  5. Menyerahkan copy-an kliping tulisan yang telah dijilid rapi (untuk kategori ini covernya berwarna merah). Cantumkan nama kategori di bagian sudut kanan atas cover dan sertakan juga biodata lengkap.
  6. Tulisan yang disertakan harus mencantumkan nama Surat Kabar, Hari, dan Tanggal Pemuatan tulisan.
  7. Setiap mahasiswa penulis tidak dibenarkan mengikuti dua kategori.
  8. Batas akhir penyerahan 28 Februari 2008, pukul 16.00 WIB.
Hadiah:
  • Penulis Nasional Terproduktif I: Pembebasan biaya SPP selama 2 Semester+Rp.800.000
  • Penulis Nasional Terproduktif II: Pembebasan biaya SPP selama 1 semester+Rp.800.000
Sebelum penyerahan kliping, penulis harus menghubungi no. HP. 081374691471 untuk informasi lebih lanjut, dan membuat janji bertemu dengan pemilik no. HP. tersebut.

DOSEN PENULIS NASIONAL

Persyaratan:
  1. Terdaftar sebagai dosen Fakultas Sastra Universitas Andalas.
  2. Mencantumkan nama jurusan atau fakultas dan nama universitas di bagian bawah tulisan.
  3. Jenis tulisan yang dihitung adalah artikel, esai, resensi buku, feature, cerita anak, cerita pendek, dan puisi yang pernah dipublikasikan di surat kabar Kompas, Koran Tempo, Media Indonesia, Republika, dan Seputar Indonesia.
  4. Publikasi tulisan terhitung dari 1 Januari 2007-31 Desember 2007.
  5. Menyerahkan copy-an kliping tulisan yang telah dijilid rapi (untuk kategori ini covernya berwarna kuning). Cantumkan nama kategori di bagian sudut kanan atas cover dan sertakan juga biodata lengkap.
  6. Tulisan yang disertakan harus mencantumkan nama Surat Kabar, Hari, dan Tanggal Pemuatan tulisan.
  7. Setiap mahasiswa penulis tidak dibenarkan mengikuti dua kategori.
  8. Batas akhir penyerahan 28 Februari 2008, pukul 16.00 WIB.
Hadiah:
  • Dua dosen penulis nasional terproduktif: Hard Disk Eksternal (kapasitas 80 GB)
Sebelum penyerahan kliping, penulis harus menghubungi no. HP. 081363215384 untuk informasi lebih lanjut, dan membuat janji bertemu dengan pemilik no. HP. tersebut.

Selain itu, FSUA juga memberikan sebuah buku kepada masing-masing mahasiswa penulis dengan syarat telah menyerahkan copy-an kliping tulisan. Pemenang akan diumumkan dalam acara Dies Natalis Fakultas Sastra Universitas Andalas ke-26, pada 7 Maret 2008.


Read more....
(0 comments at js-kit.com)

SELAMAT BERBAHAGIA

HMJ Sastra Indonesia Universitas Andalas mengucapkan

SELAMAT BERBAHAGIA

Kepada bang Ade Efdira (Ragdi F. Daye) yang melangsungkan pernikahan beberapa minggu yang lalu. Semoga bisa menjadi keluarga yang sakinah.


Read more....
(0 comments at js-kit.com)

LAD 2007 BATAL ATAU DIUNDUR?

KAMIS tanggal 14 Februari 2008, panitia LAD (Latihan Alam Dasar) 2007 sibuk bukan kepalang. Stres, menghinggapi setiap kepala panitia. Menurut rencana, LAD akan diadakan Jumat besoknya tanggal 15-17 Februari 2008. Namun, karena gesekan dengan peserta yang "membandel" akhirnya panitia memutuskan untuk membatalkan perencanaan LAD keesokan harinya.

Pembatalan disinyalir karena koordinasi antara panitia dengan peserta acara (BP 07) tidak optimal. Tetapi menurut salah seorang panitia yang tidak mau disebutkan namanya, dengan nanar ia sebutkan bahwa: "BP 07lah yang terlalu manja dan banyak alasan. Kalau alasannya masuk akal, ok-lah bisa diterima. Tetapi, alasan yang dikemukakan sering tidak logis. Bilang saja tak mau pergi, sehingga panitia tak susah-susah kesana-kemari, di damprat sana-sini."

Konsep yang telah dirembukkan bersama mengharuskan peserta untuk membawa peralatan masak, dan kebutuhan pribadi lainnya. Hal ini, diupayakan agar di antara peserta tercipta kondisi mandiri di samping mengetahui dasar-dasar teater dan kepenulisan.

Keberatan yang diajukan oleh anak 07 dinilai panitia tak menjadi alasan. "Kita pergi LAD bukan main-main dan tidak sekedar pemberian materi, tetapi membina pribadi agar mandiri." begitulah kutipan yang sering dilontarkan oleh ketua LAD Nofrizal.

Dengan amarah yang menggebu (karena panitia juga manusia), panitia mengancam LAD batal dan anak 07 tak "diakui" dan akan diacuhkan keberadaannya di masyarakat Sastra Indonesia. Namun, ancaman itu akhirnya luluh juga, setelah panitia berembug oleh salah satu SC (Abenk). Acara tetap akan dilaksanakan tetapi diundur hingga 2 minggu ke depan sehingga tanggal 29-2 Maret 2008 adalah tanggal yang dilirik untuk dilaksanakan LAD.

Semoga, LAD tetap jadi karena ia adalah harapan bagi regenerasi peduli jurusan Sastra Indonesia. Khususnya, Himpunan Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia.


Read more....
(0 comments at js-kit.com)
09 February 2008

Menyibak Tirai "Hujan Bulan Juni' Sapardi Djoko Damono

Oleh: Lia Octavia

Puisi, menurut kamus Wikipedia Indonesia, berasal dari bahasa Yunani kuno poieo/poio yang berarti I create atau saya menciptakan. Adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain aerti semantiknya. Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rhyme adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan karena beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagia jenis literature tetapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas.

Sedangkan penyair adalah seseorang yang menulis/mengarang karya puisi. Karya ini biasanya dipengaruhi oleh tradisi budaya dan intelektual dan ditulis dalam suatu bahasa tertentu. Beberapa kalangan menganggap bahwa puisi yang terbaik memiliki ciri-ciri yang luas, tidak lekang oleh waktu dan memiliki gambaran umum bagi seluruh umat manusia. Kalangan lainnya lebih mementingkan kualitas dari fakta dan keindahan yang terkandung dalam puisi tersebut.

Salah satu penyair besar Indonesia yang dikenal luas adalah Sapardi Djoko Damono. Dilahirkan di Solo, 20 Maret 1940 dan di tempat itu pula ia menghabiskan masa-masa indah dari kanak-kanak hingga dewasa. Pertama kali menulis puisi pada kelas 2 SMA dan sebagian besar masa mudanya diabdikan pada berbagai kegiatan kesenian, diskusi sastra, membaca puisi, siaran sastra di RRI Yogya dan Solo, menyutradarai pementasan drama, main musik dan sebagainya. Sajaknya pertama kali dimuat di ruangan kebudayaan tabloid Pos Minggu, Semarang, tahun 1957. Sejak itu, para penikmat puisi dapat menjumpai puisi-puisinya di berbagai media. Pada tahun 1986, tiga buah esai dan sejumlah sajaknya diterjemahkan dan diterbitkan di Jepang sebagai salah satu penerbitan sastra dunia. Sejak itu, sajak-sajaknya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Belanda, Cina, Jepang, Perancis, Urdu, Hindi, Jerman dan Arab, serta diterbitkan dalam berbagai bunga rampai dan majalah di Negara-negara tersebut.

Hujan Bulan Juni – Sepilihan Sajak terbitan Grasindo, adalah kumpulan sajak-sajak yang ditulisnya dalam rentang waktu 30 tahun, antara 1964 sampai dengan 1994. Puisi-puisi yang ditulisnya banyak diilhami dan tentang manusia; pengalaman mereka, perasaan mereka, karakter mereka dan tentu saja, cinta. Puisi-puisinya yang peka dan melarutkan jiwa-jiwa bercita rasa tinggi ke dalamnya.

Seperti penuturannya tentang suasana malam di Solo yang tertuang dalam puisinya yang berjudul "Pada Suatu Malam" sebagai pembuka kumpulan sajaknya. Tempat di mana ia lahir dan menghabiskan hampir sebagian besar masa-masa mudanya di Solo. Ia bertutur tentang kematian, kesadaran akan waktu hidup di dunia fana ini yang hanya sebentar dan kenangan yang ditinggalkan seseorang yang sudah meninggal dalam "Tentang Seorang Penjaga Kubur Yang Mati", "Saat Sebelum Berangkat", "Berjalan Di Belakang Jenazah", "Sehabis Mengantar Jenazah", "Lanskap" dan "Ziarah". Simak saja tuturnya mengenai umur manusia sebagai berikut:

Sepasang burung, jalur-jalur kawat, langit semakin tua
Waktu hari hampir lengkap, menunggu senja
Putih, kita pun putih memandangnya setia
Sampai habis semua senja

Ketergantungannya pada Sang Pencipta juga menghasilkan puisi-puisi dari perjalanan perenungannya setiap hari; "Dalam Doa I", "Dalam Doa II", "Dalam Doa III", "Ketika Jari-Jari Bunga Terbuka". Kesadaran betapa ringkihnya jiwa manusia yang awalnya seharum bunga lalu kemudian dapat terjebak dalam nafsu manusiawi yang risau. Di saat kata-kata melebur menjadi cahaya dan berucap doa pada pertemuan dengan Sang Cinta di heningnya malam.

Cinta, ilham yang selalu tak habis-habisnya digali dan bertaburan dalam bait-bait puisinya. Cinta yang sederhana, yang tak pernah mengharap balasan dan kerap kali menjadi ikon bahasa cinta anak-anak muda terlukis dengan indah, mendalam, menggetarkan jiwa dan tentu saja sederhana dalam "Aku Ingin":

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

Rasanya lidahpun kelu dan hanya kedalaman rahasia hati insani yang mampu mengomentari puisi indah ini. Begitu pula ungkapan hatinya dalam doa untuk orang yang tercinta pada "Dalam Doaku":

…aku mencintaimu, itu sebabnya aku takkan pernah selesai
mendoakan keselamatanmu…

Sederhana dan menusuk jiwa. Juga puisi-puisinya yang melukiskan agungnya pernikahan, gambaran kesempurnaan insani dalam agama-Nya dalam "Pertemuan" dan "Sajak Perkawinan":

… perkawinan tak dimana pun, tak
kapan pun
kelopak demi kelopak terbuka
malam pun sempurna

Kehidupan dunia yang bak panggung sandiwara inipun tak lepas mengilhami Sapardi untuk menggubah bulir-bulir nyanyian opera menjadi kata-kata penuh makna yang mengejek dunia. Seperti dalam puisinya "Sandiwara I", "Topeng" dan "Sandiwara 2" yang ditulisnya untuk Yudhis dan Putu Wijaya serta:

…bahkan ketika suaranya terdengar semakin serak dan lampu
semakin redup – kursi itu tetap bergoyang. Kita, penonton,
harus pulang sebelum sempat lagi ketawa.

Begitu juga ungkapan tentang jarak dan waktu dalam pencarian jati diri yang tak lekang dilarung waktu dalam "Sonet:Y", "Jarak", "Sonet:X" dan "Yang Fana Adalah Waktu":

Yang fana adalah waktu. Kita abadi:
memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa.
"Tapi,
yang fana adalah waktu, bukan?"
tanyamu. Kita abadi.

Hujan, yang merupakan tema yang diambil Sapardi dalam bukunya ini, tak pelak lagi menghujani halaman-halaman rumah dunianya. Simak saja dalam "Hujan Dalam Kompisisi, I", "Hujan Dalam komposisi, 2", "Hujan dalam Kompisisi, 3", "Percakapan Malam Hujan" dan "Hujan Bulan Juni" yang umumnya menggambarkan personifikasi luruhnya hujan untuk menyuburkan ranah-ranah kehidupan:

tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan juni
dibiarkannya yangtak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

Terlepas dari genre, antara ambiguitas dan konvensi puisi, struktur, pemilihan diksi dan kosa kata yang digunakannya, melebur ke dalam jiwa karya-karya Sapardi adalah suatu petualangan yang unik, menambah warna warni pelangi wawasan, menikmati kebebasannya dalam berkata-kata, meresapi renungan-renunganny a dan relasinya dengan Sang Maha Kuasa serta bagaimana menghargai hidup bersama esensinya dengan tanpa khawatir untuk mengawali perubahan itu sendiri. Bahwa segala sesuatu di alam semesta ini yang terjadi, yang terbuat dan yang terjejak adalah mata air pelajaran yang penuh hikmah dan tidak ada yang sia-sia.

hujan turun semalaman
paginya jalak berkicau dan daun jambu bersemi;
mereka tidak mengenal gurindam
dan peribahasa, tapi menghayati
adat kita yang purba,
tahu kapan harus berbuat sesuatu
agar kita, manusia, merasa bahagia.
Mereka tidak pernah bisa menguraikan
hakikat kata-kata mutiara, tapi tahu
kapan harus berbuat sesuatu, agar kita
merasa tidak sepenuhnya sia-sia.

Seperti yang dikatakan seorang sahabat kepadaku, "Tenggelam dalam puisi adalah keniscayaan. " Dan niscaya setelah tenggelam dalam hujan bulan juni, rangkaian kisah hidup terkuak, tirai-tirai hujan kehidupan tersibak, hingga akhirnya kita meretas menjadi cahaya di persinggahan sementara ini dalam perjalanan menuju keabadian di dalam birunya samudera jiwa.


Read more....
(0 comments at js-kit.com)

Gairah Kesusastraan di Sumatra Barat

Beberapa bulan ke depan, (dengar-dengar kabar) Sumatra Barat rencananya akan menjadi tuan rumah dari "Temu Sastra 5 Kota (Padang, Bali, Bandung, Yogyakarta dan Lampung)"--sebelumnya 4 kota minus Lampung. Kabar ini tidak main-main, elemen kesusastraan terkait seperti Taman Budaya, DKSB, dan komunitas-komunitas sastra sudah bergerak demi tercapainya kesempurnaan acara tersebut.

Perjalanan kesusastraan di Sumatra Barat jika dilihat dengan mata telanjang memang terus-menerus bergerak. Regenerasi penulis-penulis tak ada hentinya, menjadikan Sumatra Barat lahan subur bagi lahirnya bibit-bibit sastrawan. "Semangat dan kontinuitas adalah modal penting jika ingin jadi penulis" begitu yang tampaknya diyakini oleh generasi sastra di wilayah yang juga sering disebut sebagai Minangkabau.

Tetapi, masih ada yang perlu dikritisi dan dibenahi. Tulisan Muhammad Subhan di Kabar Indonesia mungkin bisa menjadi referensi tentang apa yang mesti dibenahi itu.

Yang sedang saya "tafakuri" saat ini-tepatnya beberapa tahun terakhir-adalah fenomena keringnya kualitas cerpen-cerpen yang dilahirkan penulis Sumatra Barat untuk koran di daerah sendiri. Bahkan yang lebih kering lagi, adalah minimnya kritik sastra untuk cerpen-cerpen yang muncul di sejumlah koran terbitan Padang.


Kalimat berhuruf tebal di atas itulah yang perlu dibenahi oleh elemen sastra di Sumbar. Apakah cerpen-cerpen (karya sastra lain) yang terbit di Padang memang sebegitu sampahnya hingga tak layak untuk diapresiasi? Atau, apakah yang menulisnya bukan penulis besar seperti Gus Tf, Iyut, Yusrizal KW, Harris Efendi Thahar dll.? Atau, koran-koran di Padang yang dianggap tidak berkualitas?

Apa yang ditulis oleh Muhammad Subhan juga yang saya pertanyakan kepada elemen sastra di Sumbar. Tentu daftar ini masih akan panjang jika ditambahkan dengan miskinnya proyek buku sastra yang dijalankan. Kalau memang ada, terbatas pada penulis-penulis senior. Kadang-kadang saya berpikir, penulis muda Sumbar memang banyak tetapi tak (kurang) difasilitasi. Jikalau ada fasilitas itu, hanya sekedar perpanjangan tangan dari ide-ide si pemberi fasilitas. Penulis muda pun mandul berkreativitas karena otaknya telah dijajah oleh ide-ide si fasilitator.

Kurang produktifnya cerpenis-cerpenis Sumbar di "kampoeng" sendiri, menurut hemat saya, karena masih rendahnya penghargaan koran terhadap karya-karya mereka. Penghargaan yang saya maksud, mungkin secara finansial sebagai input "kerja keras" mereka. Melalui esai ini, saya merasa risih menyebut berapa jumlah honor yang akan diterima penulis untuk setiap cerpen yang dipublikasikan di koran bersangkutan. Artinya, honor untuk cerpenis Sumatra Barat di daerah sendiri masih sangat rendah.


Sebenarnya riskan membicarakan permasalahan ini. Salah-salah langkah bisa di-cap Kapitalis. Dan penulis muda, kebanyakan anti kapitalis. Saya membenarkan apa yang disebut Subhan dengan "input kerja keras". Media di Padang memang belum serius menanggapi keseriusan para penulisnya. "Batu loncatan" adalah esensi yang diyakini sebagian besar penulis. Hal ini sudah jadi rahasia umum di kalangan media tersebut maupun penulis-penulis.

Oleh karena itu, apakah kesusastraan Sumbar akan tetap dibiarkan seperti ini saja?


Read more....
(0 comments at js-kit.com)
04 February 2008

TEKSTIKA... HIP-HIP-HOREEE

HORE... kebanggaan meliputi perasaan tim redaksi Tekstika. Bayangkan, setelah dua tahun vakum dalam waktu kurang dari satu minggu terakhir dapat merampungkan Edisi perdana. "Semoga tidak (lagi) mati" begitulah kata ketua HMJ dalam maklumatnya.

Untuk edisi cetak, Tekstika hanya mencetak 26 eksemplar. Lo, kok sedikit? Menurut manajer keuangan Tekstika, (Ayu) keuangan yang dipakai untuk mencetak buletin edisi perdana itu adalah uang warisan dari tim redaksi yang lalu. Dana yang ditinggalkan tidaklah banyak, cuma Rp. 40.000.-

"Memang, ini jadi kelemahan kita." ujar Pimred yang biasa dipanggil Ucup. "Tetapi, jika penjualan Tekstika laris manis, kemungkinan untuk cetak ulang masih ada. Toh, Februari masih ada 25 hari lagi." Begitulah optimisme petinggi Tekstika yang ditemui Admin.

Semoga bisa lebih mempererat jaringan. Walaupun edisi cetak cuma 26, edisi berformat PDF, telah siap menunggu disantap.

Good Luck Tekstika, dan

MARI MENULIS!


Read more....
(0 comments at js-kit.com)

STUKTUR KEPENGURUSAN HMJ (HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN) SASTRA INDONESIA PERIODE 2007/2008

KETUA: Esha Tegar Putra (05)
SEKRETARIS: Reno Wulan Sari (05)
BENDAHARA: Ririn (06)

Divisi-divisi:

1. Kepenulisan:
Koordinator: Sayyid Madany Syani (05)
anggota: Suprianto (05)
Ria Febrina (06)

2. Pertunjukan
Koordinator: A. Andri Saputra (06)
anggota: Suci handayani (06)
Ardison (06)

3. Kemahasiswaan
Koordinator: Beni Rozaldi (06)

4. Humas
Koordinator: Zulfan Pamela (05)


BULETIN TEKSTIKA

Pimpinan Umum: Ketua HMJ Sastra Indonesia
Pimpinan Redaksi: Suprianto
Redaktur Sastra dan Budaya: A. Anda Saputra
Redaktur Berita: Ria Febrina
Lay Out dan Editor: Sayyid Madany Syani
Keuangan: Ayu Paraswati
Reporter: Taufik Hidayat dan Bayu
Koord. Distribusi: Ririn

BLOG HMJ SASTRA INDONESIA
Admin: SMS


Read more....
(0 comments at js-kit.com)

REVIEW BUKU-BUKU BERKELAS

Dalam rangka Launchingnya, Blog HMJ Sasindo mengadakan event;

“REVIEW BUKU-BUKU BERKELAS”

Anda semua diundang menjadi peserta review dan rebut hadiah menarik yang disediakan khusus dari pengelola blog. Review bisa berupa pujian, caci-maki atau apalah namanya(bebas). Ditulis tak kurang dari 4 halaman kuarto tanpa spasi. Nama dan alamat lengkap ditulis pada lembar terpisah.

Hasil review dikirimkan lewat email HMJ Sasindo(karamuntiang@gmail.com) selambat-lambatnya 10 April 2008.

Judul-Judul Buku yang akan di-review:
1.
Perantau; Kumpulan Cerpen (Gramedia Pustaka Utama, 2007) karya Gus Tf Sakai.






2.
Menjadi Penyair Lagi; Kumpulan Puisi (Pustaka Azan, 2007) karya Acep Zamzam Noor.




3.
Dan Hujan pun Berhenti (Grasindo, 2007) karya Farida Susanty.






4.
Rahasia Meede (Mizan, 2007) karya E.S. Ito.







5.
Laskar Pelangi (Bentang Pustaka) karya Andrea Hirata.








6.
Ayat-Ayat Cinta (Republika, 2007) karya Habiburrahman El Shirazy.








7.
Kalatidha (Gramedia Pustaka Utama) karya Seno Gumira Ajidarma.







8. Paus Merah Jambu (Akar) karya Zen Hae.

9.
Kepada Cium (Gramedia Pustaka Utama) karya Joko Pinurbo.








10.
Hubbu (Gramedia Pustaka Utama) karya Mashuri.









11.
Seratus Tahun Kesunyian (Bentang Pustaka, 2007) karya Gabriel Garcia Marquez.







12.
Trilogi Lord of The Ring (Gramedia Pustaka Utama) karya J.R.R. Tolkien.







13.
My Salwa My Palestine (Mizania) karya Ibrahim Fawal.








14.
Sky Burial; Pemakaman Langit (Serambi) karya Xinran.









15.
Salju Kilimanjaro (Obor) karya Ernest Hemingway.









16.
Musashi (Gramedia Pustaka Utama) karya Eiji Yoshikawa.








17.
My Name Is Red (Serambi) karya Orhan Pamuk.








18.
Anna Karenina; I & II (Kepustakaan Populer Gramedia) karya Leo Tolstoi.

19.
The Alchemist (gramedia Pustaka Utama) karya Paulo Coelho.









20.
The Historian (Gramedia Pustaka Utama) karya Elizabeth Kostova.







Saran pengelola blog; “Sering-sering berkunjung kemari agar
tak ketinggalan informasi baru mengenai event ini.”
SELAMAT MENULIS!


Read more....
(0 comments at js-kit.com)